I miss my mom would hug you .....
mother why are you so quick to leave me ....
I can not live without you mom ....
but I promise you mom, I'll be what ever you dreamed of me mother ....
mother until whenever I'll always be a child's pride .....

I'll see you in heaven paradise mother ....


greeting your child

Kamis, 16 September 2010

RINDUKU UNTUKMU IBU

Dalam setiap irama tubuhmu kau selalu menyapa
Dalam kepenatan yang tak pernah terbisikkan kau selalu mendekap
Dalam kerinduan yang sangat kau tak pernah ingin lepas dariku



Usiaku kini telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku

Kala yang lain terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras

Kaulah pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia
Andai aku bisa, bunda
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu



Kutahu, bunda
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku



Ya Allah
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda



Bunda, pelangi dan matahariku
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu

Senin, 13 September 2010

Thufail Al Ghifari, "Rap itu Budaya Perlawanan" oleh Bay Loverz pada 21 Juli 2010 jam 13:07 Menurut elu beda hip hop & rap itu apa? Hip Hop itu lebih ke kultur. Diantaranya grafitti, rap, DJ, dan breakdance. Ini empat elemen yang biasanya disebut Hiphop. Ketika gua ngebreak, saat itulah dia jadi breaker dan pada saat yang sama juga dia adalah seorang hiphop. Nah sedangkan rap itu budaya perlawanan terhadap white people yang rasis pada awalnya. Ketika semua itu menjadi booming disanalah muncul kepentingan bisnis. Ketenaran seseorang kemudian ditempel oleh para kapitalis yang akhirnya terjadi bisnis yang akan selalu berorientasi pada keuntungan. Disanalah muncul kemudian budaya-budaya yang saat ini bisa kita lihat. Dari nuasa blink2, party, wanita2 telanjang, fashion. Tapi itu tidak dapat disalahkan juga. Itu merupakan eksperimen mereka masing-masing. Hanya saja pilihan eksperimen mereka, contohnya 25 Cent, Xbizit, dll, ditempeli kepentingan-kepentingan bisnis yang lebih besar dibandingkan kepentingan perlawanan sebagai asal rap itu sendiri. Akhirnya yang dipikirkan bagaimana agar produk gue laku.Akan tetpai tidak semua begitu. Sekarang masih ada rap2 perlawanan seperti Death Press, SOA, dll. Lalu apa bedanya Hip Hop dengan Punx? Bukanlah mereka pun sama2 sebagai budaya perlawanan? Ya pada intinya hampir sama. Mungkin yang membedakan dari asal serta pasar ketika budaya ini muncul. Seberapa besar menurut elu pengaruh rap bisa dijadikan alat perjuanganmu? Sebenernya sih nggak besar-besar banget. Itu hanya sebagian kecil dari usaha perjuangan dawah. Minimal dengan rap ini terbentuk kontra kultur terhadap rap yang selama ini identik dengan dunia hedonis dan kapitalis. Soalnya kalau rapper semua dipegang kayak rapper2 mirip Saykoji, wah ini bisa gawat.Thufail pengen setidaknya orang Islam sendiri bisa menghargai Islam syukur-syukur mau membelanya. HARUS! Lirik2 elu umumnya berisi? Arahan serta apa yang kamu pengen dari pembuatan lirik tersebut? Tentang isi hati yang merujuk pada pembelaan terhadap Islam. Islam kan selama ini dibilang teroris. Dibilang fasis. Buat orang yang tidak bisa menerima realita Islam seperti ini. Ketika kita bertemu dengan orang Kristen, kita pasti sudah mahfum tidak boleh memaksakan keyakinan kita pada mereka. Namun ketika kita telah bersyahadat, ingat At Taubah ayat 11, maka kita telah menjual diri kita kepada Allah melalui Islam. Maka sudah sepantasnya kita membela dan memperjuangkan Islam meski harus dengan darah. Nah yang lucu, justru penolakan akan Islam itu sendiri, terlebih pada penegakan syariat dan khilafah, datang dari orang-orang yang bersyahadat. Disinilah kemudian Thufail mencoba mencari peluang terlebih kepada anak-anak muda. Bahwa apa yang Thufail lakukan ini adalah bentuk pembelaan Thufail yang telah menjual dirinya kepada Islam. Dan buat mereka-mereka yang bersyahadat namun menolaknya, lebih baik murtad saja sana! Ada yang selalu bilang klo rapper itu selalu bertarung lewat Battle. Pendapat elu? Battle itu salah satu cara untuk memperlihatkan kebolehan seorang rapper. Disana seorang rapper diminta harus mampu untuk tampil secara freestyle. Freestyle itu ngerap dengan mengungkap apa yang ada di hati kita tanpa melihat tulisan apapun. Nah Battle itu sendiri merupakan dialog freestyle antara 2 orang rapper yang memiliki pendapat masing-masing. Yang satu berpendapat A, yang lain berpendapat B. Disana kita diminta saling mempertahankan argumen kita dengan cara freestyle secara spontan. Yang menentukan siapa yang menang adalah audiensi. Makin banyak tepuk tangan pada salah satu rapper maka sudah sangat dipastikan dia yang jadi pemenangnya. Lamanya freestyle sendiri itu tergantung daerah. Ada yang 60 detik per sekali freestyle, ada juga yang 45 detik dan 30 detik. Setiap rapper begantian. Seorang rapper dinyatakan kalah apabila dia kehabisan kata-kata atau disuruh turun ma audiens. Daripada ditimpukin ya mending turun. Tapi ada juga rapper yang ngerapnya jelek dah gitu maksaain terus buat battle dan akhirnya dia menang. Biasanya ini terjadi apabila battle dilakuin di kandang si rapper tersebut. Makanya disinilah kadang battle sendiri tidak objektif. Anak Bandung pasti dukung anak Bandung. Begitu juga anak Jakarta. Dulu pernah turun beberapa kali battle tapi sekarang aku lebih milih freestyle aja. Palagi pas lagi demo. Lebih enak begitu. Dunia rap/hiphop identik dengan semua yang bernuasa blink2, bitch2 nan seksi pantatnya, lifestyle n fashion yang glamour n serba kedodoran ala Afro Amrik, dll. Menurut elu? Sebenanrya itu hanya hak dia sendiri. Namun ketika masuk bisnis maka yang bermain adalah kepentingan2 bisnins. Tapi kalau hiphop dikatakan demikian, hiphop tidak seperti itu. Thufail sendiri tidak begitu. Buat Thufail apa yang dilakukan temen2 di Bandung yang tergabung dengan Liberation Youth yang melakukan boombing2 grafiti dengan isi2 Islam itu adalah hiphop. Meskipun mereka bukan rapper Islam. Saya sendiri merintis rap Islam Microjihad dengan tujuan Islam. Maka kami adalah hiphop tapi bukan blink2. apakah karena hiphop kami bisa bersatu dengan mereka2 yang blink2? Tentu saja tidak! Perkembangan sub kultur rap di Indonesia sendiri bagaimana? Adakah pengkotak-kotakan juga? Dibandingin jaman Iwa K sih ada perkembangan. Tapi bukan berarti Iwa K adalah pendahulu. Kebetulan saja Iwa K hadir dengan videoklip rap pertama di Indonesia. Denger-denger justru Erik dari Black Kumuh sudah duluan ngerap. Bahkan dia menjadi bagian dalam pembuatan lagu-lagu Iwa. Bagusnya sekarang ini rap di Indonesia terutama di kota2 semakin beragam. Dari yang hedon, maksiat, berfilsafat hingga seperti kami ada. Pengkotak-kotakan pun ada. Misalnya Microjihad dengan HiphopIndo. Khusus untuk rap muslim, seberapa besar komunitas ini? Baik di dunia n regional Indonesia tentunya Untuk dunia ada perintisnya SOA dengan Baba Ali-nya. Lalu ada Black Stone di UK. Trus Native Deen dan lain-lain. Perkembangan rap sendiri lumayan membesar dari tahun ke tahun. Sedang Indonesia sendiri pun nggak jauh berbeda. Bagi gue sendiri dan temen2 lainya, SOA merupakan inspirasi kami. Tapi tentang Blackstone apalagi Native Deen itu kami serahkan pada mereka masing-masing. Nah untuk rap muslim di Indoneisa sebenarnya tinggal bagaimana mengelola dan menyatukannya. Ebith Beat A itu sahabat gue ketika berhardcore ria di Bandung. Gue khawatir warna Islam ini hanya jadi warna religi dan komoditas bisnis semata. Ramai pas waktu tertentu saja. Ramai hanya pada ramadhan saja. Setelah ramadhan maksiat lagi. Minimal didalam komoditasi kami di Microjihad sendiri kami coba untuk membuat hal tersebut tidak terjadi. Saat ini Microjihad sedang mempersiapakan Samurai Syuhada. Persiapanya mulai dari pembinaan, bacaan Quran, dll. Yang baru tamnpil saat ini baru gue dan Samurai Syuhada. Ada satu lagi Solstance namun beliau belum siap untuk dipublikasikan. Keberlangsungan keberadaan subkultur ini bagaimana? Baik ditinjau masa sekarang n akan datang. Target kita kembangkan Microjihad. Kalau bisa Microjihad dijadikan rujukan orang untuk rap Indonesia. Tapi khusus untuk yang meraka yang tegas dan melawan kemungkaran. Kami sebenanrya ingin bersatu dengan komunitas lainnya seperti Hiphopindo namun ternyata heterogenitas membuat hal ini tidak akan mungkin bersatu. Lantas bagiamana hubungan elu dengan band2 nasyid yang noatbene kita tahu memiliki pakem musik yang berbeda dengan elu? Ada yang menerima, menolak, bahkan belum siap. Thufail sendiri sih bukan mencari pengakuan orang. Tapi hanya mencari ridho Allah. perkataan Allah saja banyak yang tidak suka dan tidak mau mendengarkannya padahal berdosa besar kalau tidak dilakukan. Apalagi apa yang Thufail katakan. Yang penting gue sih jaga niat. Niatan gue masuk kesini adalah mencoba untuk mencari medan dawah yang sesaui karakter gue. guengnya usaha ini masih ada saja yang tidak simpatik termasuk dari kalangan yang gue kira tidak bakal ada. Salsah satu usaha kurang simpatik itu ada yang dari sesama orang2 yang terjun di media ini atau ebih dikenal pelantun nasyid. Ada beberapa. Tapi banyak juga yang tidak demikian. Terus bagiaman pula hubungan nasyid dengn musik genre rap? Bisakah dikatakan nasyid? Rap tidak bisa dikatakan nasyid. Mau dibilang bidah juga terserah. Tapi buat Thufail yang namanya nasyid itu adalah tanpa alat perkusi. Maksimal pake gendang. Selain itu bukan nasyid. Kecuali Qotrunada, The Zikr dan Raihan (dulu). Pakai Keyboard itu bukan nasyid! Itu pop. Itu boyband. Bagi gue, musik rap itu bukan tujuan. Ngerap itu masalah objek dawah. Gue nggak ngerap pada orang2 yang telah mengerti Islam. Gue ngerap hanya pada orang2 yang salah paham terhadap Islam. Gue sendiri tidak akan selamanya ngerap. Tapi kalau suatu saat gue harus berhenti ngerap pengenya telah ada perputaran kaderisasi. Makanya dibentuk itu Microjihad. Kalaulah rap yang menurut elu bisa dijadikan alat perjuangan maka sama artinya itu tanpa pamrih. Nah lantas sekarang bagaimana dengan adanya band2 atau label yang mencantumkan copyright, dilarang membajak. dll? Padahal kita semua mahfum band nasyid2 itu berdiri atas nama perjuangan dan dibuat sebagai alat perjuangan. Susah untuk menjelaskannnya. Tapi gue tetap pada prinsip gue bahwa Hak cipta itu punya Allah. Silakan memperbanyak dan membajak lagu2 Thufail. Maslah hak cipta, gue serahkan kepada Allah semata. Kalau bicara rizki dan royalti, gue yakin Allah Maha Adil. Thufail sendiri sih anti copyright. Kalau grup nasyid lain, Tanya langsung aja ke mereka gue nggak ambil pusing..zaman sekarang antara nasyid dan boysband memang sulit untuk di bedakan. Kalau elu antipati dan cenderung keras menentang pola distribusi dan perjuangan ala mereka, bukankah elu sendiri yang menginkan bersatunya semua gerakan? Nggak kontradiktif tuh dengan usaha elu? Kita mungkin punya perbedaan tapi bukan berarti kita tidak memilliki persamaan. Nasyid atau rap itu cuma bagian kecil saja dari perjuangan ini. Kalau cuma karena itu terus ukhuwah rusak, gue nggak sepakat. Nggak sepakat disini kan bukan dalam masalah Aqidah. Selama aqidahnya masih Islam yang benar maka gue pikir ada urusan yang lebih prioritas untuk gue urus daripada mikirin masalah hak cipta dan anti hak cipta. Dari boysband atau bukan boysband. Lagian segala sesuatu itu kan butuh proses. Rasulullah sendiri menggabungkan Kaum Muhajirin dan Anshar saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dan pertentangan yang lumayan hebat. Sekarang masalahnya gue tidak bisa memberikan dan menggabungkan mereka (pejuahng Islam) kalau belum berkomuniakasi dengan mereka. Padahal Islam sendiri kan ditekankan untuk saling berkomunikasi dan bertabayun. Ketika itu dilakukan (hak cipta) dari orang2 yang tidak bertanggung jawab maka menurut gue itu bukan merupakan sesuatu yang patutu diperdebatkan lebih lanjut. Namun ketika ada yang mengatakan bahwa membajak lagu2 mereka adalah haram hukumnya itu yang gue tentang. Intinya adalah gue nggak mau lagu2 ini dibajak oleh orang2 kafir demi kepentingan dan keuntungan mereka sendiri. Contohnya adalah kasus riba di Bank Swiss. Banyak orang2 Arab menabung disana dan tidak mau mengambil bunga bank tersebut. Ketika kita tidak mengambil bunganya maka uang2 tersebut digunakan oleh orang2 kafir. Solusi semua ini sebenanrnya tidak bisa diselesaikan tanpa adanya komunikasi antara semua munsyid. Kalaulah ada yang membajak CD Thufail lalu alhamdulilah kaya raya. Buat Thufail ya silakan saja kalau memang diperlukan. Misalnya seorang mahasiswa butuh uang buat pendidikannya terus jadi punya uang gara2 CD Thufail. Menurut Thufail dia tidak boleh disalhkan. Justru yang menyalahkannya, dia yang harus disalahkan. Jadi sudut pandangnya banyak nih kalau bicara masalah ini. Lalu langkah riil elu agar semua itu bisa dihindari dan elu bisa membentuk kesatuan derap langkah semua gerakan? Sampai saat ini masih pada tataran lobi dan komunikasi pada temen2 sesama seniman Islam lainnya. Antara lain ke Afwan Riyadi di Izzatul Islam, nasyid IRA, dll. Apa itu Komunitas Jembatan Harakah? Komunitas yang sebenarnya isinya merupakan temen2 yang sangat nggak senang dengan budaya ashobiyah. Orang banyak yang bingung ada yang gerakan A, B, C. Yang saling mengklaim bahwa cara dawah mereka yang terbaik. Ada yang bilang berdawah lewat demokrasi dan membentuk partai politik. Tapi justru ada sebagian yang menciptakan orang2 oportunis yang tidak mau membela syariat Islam. Lalu ada orang yang menyalahkan orang yang berjuang dalam demokrasi hingga mengkafir-kafirkan padahal mereka masih bersyahadat. Lalu ada juga orang yang anti banget demokrasi dan pengen menegakan khilafah melulu. Sudah itu ada orang yang selalu menghajar bid’ah kepada orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Yang orang tahlilan pun mengatakan bid’ah pada mereka yang tidak tahlilan. Nah KJH adalah komunitas pembelajaran agar kita tetep bisa menjaga ukhuwah. Kita tetep bisa maen bareng. Kita bisa sholat bareng. Kita bisa makan bareng. Kita coba belajar tidak saling memperuncing perbedaan dan menyikapi itu semua dengan arif serta selalu belajar untuk menerima perbedaan. Apa saja yang telah dilakukan Komunitas Jembatan Harakah selama ini? Pertama bikin kajian. Kajiannya ada di Bekasi. Yang ngurus Ismail. Selain itu paling ya diskusi, sharing, sholat berjamaah, makan nasi goreng bareng, main internet, ngaji bareng, mabit bareng, ikut kajian INSIST, ikut YISC AL AZHAR, ngecengin anggota yang belum nikah, nikahin anak orang. Hahaha...... Yang terbaru alahamdulillah kenal dan demo bareng kawan-kawan dan kolektif-kolektif seperti Hamboss di Jakarta dan Liberation Youth di Bandung yang tergabung di RISE pas Konferensi Khilafah Internasional kemarin. Lantas perbedaan KJH dengan FUI atau MUI? Bukankah formalitas lembaga2 lintas gerakan tadi sudah ada. Kenapa elu malah bikin yang baru? Bukankah itu sama saja dengan memecahkan diri dari kesatuan pula? Perbedaanya jelas beda. KJH hanyalah tempat kita berkomunikasi dan membangun komunitas. Kita pengen jadi tempat penjelas bagi temen2 yang beda pandangan terhadap temen2 yang lain. Misal, katanya di organisasi A si B seperti ini. Nah oleh kita dijelaskan kalo di organisasi B tuh ga seperti itu tapi seperti begini yang benernya. Kami tidak mau ada yang saling menjelek-jelekan sesama organiasasi Islam. Nah FUI atau MUI mereka adalah orang tua kami. Mereka rujukan kami. Mereka ustadz-ustadz kita.Ini lebih pada segmen. Kalau KJH lebih kepada anak muda yang pengen aja. Makanya kita ga punya logo. Soalnya punya logo itu biasanya jadi masalah dan itu ditentang oleh semua anggota KHJ. Kami pengenya tidak membesar2kan logo tapi membesar2kan Quran dan sunnah. Balik lagi ke dunia rap, kita tau deh di Amrik & UK sana sudah banyak rap2 muslim (SOA, Black Stone, Native Deen, Rap Brown, Last Petry, Death Press, Rap New America , dll) menurut elu sendiri gimana mereka? Termasuk penilain elu tentang pilihan mereka yang terkesan eksklusif n begitu major label minded. Ya Alhamdulillah kalau mereka masuk dalam major. Tapi kalau masalah mereka ada yang eksklusif n begitu major label minded seperti Native Deen ya terserah mereka. Mungkin kalau ketemu langsung, Thufail bisa bilang langsung ke mereka. Kalau ada yang mengatakan bahwa rap/hiphop merupakan salah satu bentuk tasyabuh karena akhirnya kaum muslim meniru2 gaya fashion & lifestyle, berbicara, dan tingkah para rapper bagaimana menurut kamu? Sehingga akhirnya banyak lahir rapper2 muslim abal2, borok, fake seperti halnya ketika banyak anak2 bergaya punx tapi tidak mengerti punx itu apa. Insyyallah tidak akan terjadi. Miscrojihad sejak saat ini telah mengantisipasi agar semua itu tidak terjadi. Pointnya adalah kami dari Microjihad tidak akan melakukan itu. Microjihad tidak akan membuat fans club. Microjohad tidak akan memberikan tanda tangan. Tidak akan menjadi eksklusif demi popularitas. Tapi kalau kemudian ada yang menjadi demikian maka disinilah kita tinggal memilah. Mana yang harus kita dukung dan mana yang harus kita tinggalkan dan tolak. Lantas langkah apa yang harus dilakukan bagi mereka? Terus usaha riil apa yang bakal elu lakuin buat komunitas rap itu sendiri (eap muslim & rap umum) Kita tidak akan menerima mereka sebagai anggota Microjihad. Dengan catatan kalau kelakuan mereka seperti itu. Terus melakukan usaha2 dawan dan menjelaskan pada mereka. Tentunya berubah itu membutuhkan proses. Seorang itu butuh langkah bertahap. Dan kita disana untuk mendampingi mereka. Yang paling penting adalah niatan awal para munsyid ketika mereka turun ke media ini. Disana juga kita ada untuk meluruskan dan membimbing mereka. Masalahnya, kalau dia mengidolakan Marlyn Manson, maka dia akan seperti Marlyn Manson. Nah kalau Microjihad menyarankan dan mengarahkan orang agar mereka mengidolakan Rasulullah. Bahwa dialah yang sebenar-benarnya idola. Denger2 nih, elu clash dengan salah satu pentolan rap di Bandung bahkan denger2 juga elu dibenci ma sebagian komunitas rap. Apa yang sebarnya terjadi? Hahahaha…. Ini masalah idealis dan kesekuensi memiliki idealisme. Memiliki idealisme bearti kita siap dibenci dan siap dijauhi. Ketika kita masuk Islam maka kita harus konsisten dengan apa yang kita masuki. Demikian juga ketika kita menjadi seorang Atheis. Kita tidak boleh mempunyai KTP dengan tercatat agama kita Islam. Bukankah itu sama aja dengan menjualbelikan agama. Apakah kemudian Ayat Al Baqarah 120 harus dirubah gara-gara hal seperti tadi? Menurut gue itu menghina. Menghina AL Quran berarti menginjak-injak seluruh ummat Islam. guengnya ketika itu memang gue dalam proses belajar. gue begitu bersemangat dan tidak gentar. gue waktu itu hanya melakukan pembelaan. Namun beliau selalu lari dari pertanyaan. Lalu gue mengalah. 2 tahun lalu gue ke rumah dia; seorang rapper yang menghina Al Quran dan Islam di depan mata kepala gue. Buat gue ini masalah prinsipil dan ini merupakan pemurtadan dan penggembosan ummat. Akhirnya kami menyepakati bahwa hal ini selesai. Ternyata, ada temen, kebetulan temen dia juga, bilang justru beliau menjelek2kan gue di belakang. gue sempat minta penjelasan dia sebagai seorang laki-laki. Namun sampai sekarang tidak pernah ada jawaban dari beliau. gue pengennya semua diselesaikan secara gentle. Karena gue pun sudah mencoba datang langsung ke rumah beliau. Seharusnya beliau bisa menghargai komunikasi ini. Menurut gue akhirnya masalah ini nggak perlu diperpanajng. Sebelum masuk Islam pun sebenarnya sudah banyak yang nggak suka. Thufail itu rapper underground yang suka menghina orang. Dulu masih menggunakan nama Freaky Cacat. Kerjaannya ngata-ngatain orang. Maklum dulu dalam proses belajar. Kalau sekarang, setelah Thufail masuk Islam, masih ada yang nggak suka ya itu terserah mereka. Itu bukan masalah buat Thufail.mungkin orang itu punya permasalahn di dalam hatinya dengan gue pribadi yang dulu. Justru yang menjadi masalah tuh orang2 yang tidakbisa melihat fakta sprotifitas dalam bertoleransi. Harusnya kalau melihat gue mendawahi Islam secara kasar kepada orang kafir mereka pun bisa melihat bahwa orang kafir pun mendawahi Islam secara lebih kasar kepada orang Islam. Faktanya mereka tidak bisa dan tidak mau melihat itu. Maunya gue yang salah. Padahal jelas gue tidak melakukan cara-cara yang keras tadi dan bagi gue tidak ada paksaan dalam agama, Lakum dinukum waliyadin. Masalahnya sekarang jadinya saling mengganggu.ada yang menggagu dan memfitnah Islam. Yang Atheis bilang bahwa Islam salah, yang kafir bilang bahwa Tuhan itu ada 3. Maka sebagai pembelaan gue menjelaskan tentang Islam kepada mereka. Akan tetapi ketika gue melakukan hal itu, mereka tidak dapat menerima. Padahal gue sendiri menerima apa yang mereka sampaikan. Dalam artian bukan menerima pemikirannya. Itulah kenapa gue katakan bahwa mereka tidak sportif. Sikap elu sendiri dengan rapper2 yang berbeda ideologi seperti itu bagaimana? Dilawan, diajak kerjasama, diajak diskusi, dijauhi atau bagaimana? Secara kita tahu mereka kebanyakan muslim. Insyallah nggak. Kalau diajak kerjasama nggak. Diskusi ya. Untuk perang itu kondisional. Tidak semua harus diperangi. Toh ada juga kok yang tetap berteman hingga sekarang. Dan tetep baik-baik saja kok. Biasanya mereka yang begitu ma gue adalah mereka yang pernah kalah battle dengan gue. Mereka selalu menyebar isu2 miring terhadap gue. Bahkan gue pergi kemana pun isu tersebut selalu sajamengikuti. Namun tidak semua rapper di Hiphop Indo itu benci gue.namun yang gue tidak suka dengan Hiphop Indo adalah karena moderatornya adalah orang kafir. Rapper favorit elu sendiri siapa? Kenapa? Last Poet karena dia negro muslim. Mereka adalah idolanya Public Enemy. Meski musiknya masih caur banget tapi isinya mantap. Terus Public Enemy karena hard dan penuh perlawanan. Terus SOA. Tthe great inspiration. Dan terakhirRZA dari Wu Tang Clan. Pendapat elu tentang Jamil Abdullah al Amin (Rap Brown)? Beliau pendiri Last Poetry. Keren banget. Dah gitu dia seorang ustadz lagi. Kata-kata rap berasal dari nama dia. Dan dari celotehan dia. Kalau suatu saat elu harus melakukan pertarungan rap jalanan (eiek ga tau namanya) di muka umum, dengan siapa elu pengen bertarung? Lalu apa yang bakal elu bawain? Battle ma George Bush, Tony Blair, Ehud Elmert dan csnya. Gayanya freestyle sambil menyatakan bahwa mereka teroris sebenanrya. Kalau ma rapper lagi nggak mau. Nggak level gue ma rapper. Suatu saat entah kapan, elu menjadi penyanyi rap yang diidolakan orang banyak. Elu bagai Peterpan atau 25 cent nya Indonesia. Banyak fans yang ngerubutin elu. Belum yang minta tanda tangan n pengen diajak ML sekaligus dijadikan istri elu. Elu akhirnya sering masuk TV dan tour keliling kota2 layknya artis2 top, apa yang bakal kamu lakukan kalau hal tersebut memang terjadi? Insyallah itu tidak akan pernah terjadi. Kalau sampai terjadi, yang kayak begitu bakal gua maki-maki orang-orang tersebut di depan TV secara live. Siap2 aja gue maki2 semua. Termasuk yang ngajak nikah pun gue gituin. MAsuk TV okeh ajah asal acaranya buat penggalang dana buat Irak dan Poso plus jihad. Kalau ini cumin buat pamer loh ini loh Thufail. Males! Karena saking terkenalnya elu, lagu2 elu dibajak bahkan ada yang merubah liriknya trus dijadiin agu dangdut atau selain rap. Dan sialnya menjadi booming. Apa yang kamu lakuin? Cuekin aja. Terserah mo dirubah atau tidak. Kalo diladenin, dia akan tambah tenar. Biar Allah saja yang membalasnya Suatu saat ketika sedang gigs, saking ada yang ngebetnya ma elu, ada cewe yg buka auratnya (buka kerudung buat yang pake kerudung atau buka penutup dadanya buat yang ga pake kerudung) kayak di Woodstock kemarin. Kira2 elu mau ngapain kalau hal tersebut terjadi? Gue yakin cewe itu inteejenl. Mau ngerusak imej gue. Gue suruh panitia keluarin dia dari acara gue. Gue lempar kursi biar mampus sekalian tu cewe! Gigs apa yang paling elu anggap edun? Pengennya sih gigs di Poso dan Aceh. Tapi sebenanrya aku nggak pernah mikirin yang kayak gituan. Kalau ditanya gigs yang asyik kayaknya gigs waktu demo RUU APP di Al Azhar. Sound, orang, dan takbirnya itu menggelegar banget. Kalau dikasih kesempatan pengen bikin seperti Soundrenaline. Isinya penggalangan dana. Semua hasil tiketnya dikirim ke negeri-negeri Islam yang sedang ditindas. Terakhir, menurut elu apa sih yang harusnya dilakukan saat ini dalam konteks perjuangan yang elu yakini? Bentuknya seperti apa? Dengan siapa elu berjuang? Pertama menjaga niat, semata2 mencari ridho Allah. Kedua, berjuang itu harus berjamaah. Insyallah Thufail sendiri akan selalu berjamaah dengan jamaah tarbiyah. Ketiga, selalu belajar dan belajar sampai kapan pun.Belajar Islam tidak perlu berhenti. Keempat, menghafal Quran.

Thufail Al Ghifari, "Rap itu Budaya Perlawanan"

Menurut elu beda hip hop & rap itu apa?
Hip Hop itu lebih ke kultur. Diantaranya grafitti, rap, DJ, dan breakdance. Ini empat elemen yang biasanya disebut Hiphop. Ketika gua ngebreak, saat itulah dia jadi breaker dan pada saat yang sama juga dia adalah seorang hiphop. Nah sedangkan rap itu budaya perlawanan terhadap white people yang rasis pada awalnya. Ketika semua itu menjadi booming disanalah muncul kepentingan bisnis. Ketenaran seseorang kemudian ditempel oleh para kapitalis yang akhirnya terjadi bisnis yang akan selalu berorientasi pada keuntungan. Disanalah muncul kemudian budaya-budaya yang saat ini bisa kita lihat. Dari nuasa blink2, party, wanita2 telanjang, fashion. Tapi itu tidak dapat disalahkan juga. Itu merupakan eksperimen mereka masing-masing. Hanya saja pilihan eksperimen mereka, contohnya 25 Cent, Xbizit, dll, ditempeli kepentingan-kepentingan bisnis yang lebih besar dibandingkan kepentingan perlawanan sebagai asal rap itu sendiri. Akhirnya yang dipikirkan bagaimana agar produk gue laku.Akan tetpai tidak semua begitu. Sekarang masih ada rap2 perlawanan seperti Death Press, SOA, dll.

Lalu apa bedanya Hip Hop dengan Punx? Bukanlah mereka pun sama2 sebagai budaya perlawanan?
Ya pada intinya hampir sama. Mungkin yang membedakan dari asal serta pasar ketika budaya ini muncul.

Seberapa besar menurut elu pengaruh rap bisa dijadikan alat perjuanganmu?
Sebenernya sih nggak besar-besar banget. Itu hanya sebagian kecil dari usaha perjuangan dawah. Minimal dengan rap ini terbentuk kontra kultur terhadap rap yang selama ini identik dengan dunia hedonis dan kapitalis. Soalnya kalau rapper semua dipegang kayak rapper2 mirip Saykoji, wah ini bisa gawat.Thufail pengen setidaknya orang Islam sendiri bisa menghargai Islam syukur-syukur mau membelanya. HARUS!

Lirik2 elu umumnya berisi? Arahan serta apa yang kamu pengen dari pembuatan lirik tersebut?
Tentang isi hati yang merujuk pada pembelaan terhadap Islam. Islam kan selama ini dibilang teroris. Dibilang fasis. Buat orang yang tidak bisa menerima realita Islam seperti ini. Ketika kita bertemu dengan orang Kristen, kita pasti sudah mahfum tidak boleh memaksakan keyakinan kita pada mereka. Namun ketika kita telah bersyahadat, ingat At Taubah ayat 11, maka kita telah menjual diri kita kepada Allah melalui Islam. Maka sudah sepantasnya kita membela dan memperjuangkan Islam meski harus dengan darah. Nah yang lucu, justru penolakan akan Islam itu sendiri, terlebih pada penegakan syariat dan khilafah, datang dari orang-orang yang bersyahadat. Disinilah kemudian Thufail mencoba mencari peluang terlebih kepada anak-anak muda. Bahwa apa yang Thufail lakukan ini adalah bentuk pembelaan Thufail yang telah menjual dirinya kepada Islam. Dan buat mereka-mereka yang bersyahadat namun menolaknya, lebih baik murtad saja sana!

Ada yang selalu bilang klo rapper itu selalu bertarung lewat Battle. Pendapat elu?
Battle itu salah satu cara untuk memperlihatkan kebolehan seorang rapper. Disana seorang rapper diminta harus mampu untuk tampil secara freestyle. Freestyle itu ngerap dengan mengungkap apa yang ada di hati kita tanpa melihat tulisan apapun. Nah Battle itu sendiri merupakan dialog freestyle antara 2 orang rapper yang memiliki pendapat masing-masing. Yang satu berpendapat A, yang lain berpendapat B. Disana kita diminta saling mempertahankan argumen kita dengan cara freestyle secara spontan. Yang menentukan siapa yang menang adalah audiensi. Makin banyak tepuk tangan pada salah satu rapper maka sudah sangat dipastikan dia yang jadi pemenangnya. Lamanya freestyle sendiri itu tergantung daerah. Ada yang 60 detik per sekali freestyle, ada juga yang 45 detik dan 30 detik. Setiap rapper begantian. Seorang rapper dinyatakan kalah apabila dia kehabisan kata-kata atau disuruh turun ma audiens. Daripada ditimpukin ya mending turun. Tapi ada juga rapper yang ngerapnya jelek dah gitu maksaain terus buat battle dan akhirnya dia menang. Biasanya ini terjadi apabila battle dilakuin di kandang si rapper tersebut. Makanya disinilah kadang battle sendiri tidak objektif. Anak Bandung pasti dukung anak Bandung. Begitu juga anak Jakarta. Dulu pernah turun beberapa kali battle tapi sekarang aku lebih milih freestyle aja. Palagi pas lagi demo. Lebih enak begitu.

Dunia rap/hiphop identik dengan semua yang bernuasa blink2, bitch2 nan seksi pantatnya, lifestyle n fashion yang glamour n serba kedodoran ala Afro Amrik, dll. Menurut elu?
Sebenanrya itu hanya hak dia sendiri. Namun ketika masuk bisnis maka yang bermain adalah kepentingan2 bisnins. Tapi kalau hiphop dikatakan demikian, hiphop tidak seperti itu. Thufail sendiri tidak begitu. Buat Thufail apa yang dilakukan temen2 di Bandung yang tergabung dengan Liberation Youth yang melakukan boombing2 grafiti dengan isi2 Islam itu adalah hiphop. Meskipun mereka bukan rapper Islam. Saya sendiri merintis rap Islam Microjihad dengan tujuan Islam. Maka kami adalah hiphop tapi bukan blink2. apakah karena hiphop kami bisa bersatu dengan mereka2 yang blink2? Tentu saja tidak!

Perkembangan sub kultur rap di Indonesia sendiri bagaimana? Adakah pengkotak-kotakan juga?
Dibandingin jaman Iwa K sih ada perkembangan. Tapi bukan berarti Iwa K adalah pendahulu. Kebetulan saja Iwa K hadir dengan videoklip rap pertama di Indonesia. Denger-denger justru Erik dari Black Kumuh sudah duluan ngerap. Bahkan dia menjadi bagian dalam pembuatan lagu-lagu Iwa. Bagusnya sekarang ini rap di Indonesia terutama di kota2 semakin beragam. Dari yang hedon, maksiat, berfilsafat hingga seperti kami ada. Pengkotak-kotakan pun ada. Misalnya Microjihad dengan HiphopIndo.

Khusus untuk rap muslim, seberapa besar komunitas ini? Baik di dunia n regional Indonesia tentunya
Untuk dunia ada perintisnya SOA dengan Baba Ali-nya. Lalu ada Black Stone di UK. Trus Native Deen dan lain-lain. Perkembangan rap sendiri lumayan membesar dari tahun ke tahun.
Sedang Indonesia sendiri pun nggak jauh berbeda. Bagi gue sendiri dan temen2 lainya, SOA merupakan inspirasi kami. Tapi tentang Blackstone apalagi Native Deen itu kami serahkan pada mereka masing-masing.

Nah untuk rap muslim di Indoneisa sebenarnya tinggal bagaimana mengelola dan menyatukannya. Ebith Beat A itu sahabat gue ketika berhardcore ria di Bandung. Gue khawatir warna Islam ini hanya jadi warna religi dan komoditas bisnis semata. Ramai pas waktu tertentu saja. Ramai hanya pada ramadhan saja. Setelah ramadhan maksiat lagi. Minimal didalam komoditasi kami di Microjihad sendiri kami coba untuk membuat hal tersebut tidak terjadi. Saat ini Microjihad sedang mempersiapakan Samurai Syuhada. Persiapanya mulai dari pembinaan, bacaan Quran, dll. Yang baru tamnpil saat ini baru gue dan Samurai Syuhada. Ada satu lagi Solstance namun beliau belum siap untuk dipublikasikan.

Keberlangsungan keberadaan subkultur ini bagaimana? Baik ditinjau masa sekarang n akan datang.
Target kita kembangkan Microjihad. Kalau bisa Microjihad dijadikan rujukan orang untuk rap Indonesia. Tapi khusus untuk yang meraka yang tegas dan melawan kemungkaran. Kami sebenanrya ingin bersatu dengan komunitas lainnya seperti Hiphopindo namun ternyata heterogenitas membuat hal ini tidak akan mungkin bersatu.

Lantas bagiamana hubungan elu dengan band2 nasyid yang noatbene kita tahu memiliki pakem musik yang berbeda dengan elu?
Ada yang menerima, menolak, bahkan belum siap. Thufail sendiri sih bukan mencari pengakuan orang. Tapi hanya mencari ridho Allah. perkataan Allah saja banyak yang tidak suka dan tidak mau mendengarkannya padahal berdosa besar kalau tidak dilakukan. Apalagi apa yang Thufail katakan. Yang penting gue sih jaga niat. Niatan gue masuk kesini adalah mencoba untuk mencari medan dawah yang sesaui karakter gue. guengnya usaha ini masih ada saja yang tidak simpatik termasuk dari kalangan yang gue kira tidak bakal ada. Salsah satu usaha kurang simpatik itu ada yang dari sesama orang2 yang terjun di media ini atau ebih dikenal pelantun nasyid. Ada beberapa. Tapi banyak juga yang tidak demikian.

Terus bagiaman pula hubungan nasyid dengn musik genre rap? Bisakah dikatakan nasyid?
Rap tidak bisa dikatakan nasyid. Mau dibilang bidah juga terserah. Tapi buat Thufail yang namanya nasyid itu adalah tanpa alat perkusi. Maksimal pake gendang. Selain itu bukan nasyid. Kecuali Qotrunada, The Zikr dan Raihan (dulu). Pakai Keyboard itu bukan nasyid! Itu pop. Itu boyband. Bagi gue, musik rap itu bukan tujuan. Ngerap itu masalah objek dawah. Gue nggak ngerap pada orang2 yang telah mengerti Islam. Gue ngerap hanya pada orang2 yang salah paham terhadap Islam. Gue sendiri tidak akan selamanya ngerap. Tapi kalau suatu saat gue harus berhenti ngerap pengenya telah ada perputaran kaderisasi. Makanya dibentuk itu Microjihad.

Kalaulah rap yang menurut elu bisa dijadikan alat perjuangan maka sama artinya itu tanpa pamrih. Nah lantas sekarang bagaimana dengan adanya band2 atau label yang mencantumkan copyright, dilarang membajak. dll? Padahal kita semua mahfum band nasyid2 itu berdiri atas nama perjuangan dan dibuat sebagai alat perjuangan.
Susah untuk menjelaskannnya. Tapi gue tetap pada prinsip gue bahwa Hak cipta itu punya Allah. Silakan memperbanyak dan membajak lagu2 Thufail. Maslah hak cipta, gue serahkan kepada Allah semata. Kalau bicara rizki dan royalti, gue yakin Allah Maha Adil. Thufail sendiri sih anti copyright. Kalau grup nasyid lain, Tanya langsung aja ke mereka gue nggak ambil pusing..zaman sekarang antara nasyid dan boysband memang sulit untuk di bedakan.

Kalau elu antipati dan cenderung keras menentang pola distribusi dan perjuangan ala mereka, bukankah elu sendiri yang menginkan bersatunya semua gerakan? Nggak kontradiktif tuh dengan usaha elu?
Kita mungkin punya perbedaan tapi bukan berarti kita tidak memilliki persamaan. Nasyid atau rap itu cuma bagian kecil saja dari perjuangan ini. Kalau cuma karena itu terus ukhuwah rusak, gue nggak sepakat. Nggak sepakat disini kan bukan dalam masalah Aqidah. Selama aqidahnya masih Islam yang benar maka gue pikir ada urusan yang lebih prioritas untuk gue urus daripada mikirin masalah hak cipta dan anti hak cipta. Dari boysband atau bukan boysband. Lagian segala sesuatu itu kan butuh proses. Rasulullah sendiri menggabungkan Kaum Muhajirin dan Anshar saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dan pertentangan yang lumayan hebat. Sekarang masalahnya gue tidak bisa memberikan dan menggabungkan mereka (pejuahng Islam) kalau belum berkomuniakasi dengan mereka. Padahal Islam sendiri kan ditekankan untuk saling berkomunikasi dan bertabayun. Ketika itu dilakukan (hak cipta) dari orang2 yang tidak bertanggung jawab maka menurut gue itu bukan merupakan sesuatu yang patutu diperdebatkan lebih lanjut. Namun ketika ada yang mengatakan bahwa membajak lagu2 mereka adalah haram hukumnya itu yang gue tentang. Intinya adalah gue nggak mau lagu2 ini dibajak oleh orang2 kafir demi kepentingan dan keuntungan mereka sendiri. Contohnya adalah kasus riba di Bank Swiss. Banyak orang2 Arab menabung disana dan tidak mau mengambil bunga bank tersebut. Ketika kita tidak mengambil bunganya maka uang2 tersebut digunakan oleh orang2 kafir. Solusi semua ini sebenanrnya tidak bisa diselesaikan tanpa adanya komunikasi antara semua munsyid. Kalaulah ada yang membajak CD Thufail lalu alhamdulilah kaya raya. Buat Thufail ya silakan saja kalau memang diperlukan. Misalnya seorang mahasiswa butuh uang buat pendidikannya terus jadi punya uang gara2 CD Thufail. Menurut Thufail dia tidak boleh disalhkan. Justru yang menyalahkannya, dia yang harus disalahkan. Jadi sudut pandangnya banyak nih kalau bicara masalah ini.

Lalu langkah riil elu agar semua itu bisa dihindari dan elu bisa membentuk kesatuan derap langkah semua gerakan?
Sampai saat ini masih pada tataran lobi dan komunikasi pada temen2 sesama seniman Islam lainnya. Antara lain ke Afwan Riyadi di Izzatul Islam, nasyid IRA, dll.

Apa itu Komunitas Jembatan Harakah?
Komunitas yang sebenarnya isinya merupakan temen2 yang sangat nggak senang dengan budaya ashobiyah. Orang banyak yang bingung ada yang gerakan A, B, C. Yang saling mengklaim bahwa cara dawah mereka yang terbaik. Ada yang bilang berdawah lewat demokrasi dan membentuk partai politik. Tapi justru ada sebagian yang menciptakan orang2 oportunis yang tidak mau membela syariat Islam. Lalu ada orang yang menyalahkan orang yang berjuang dalam demokrasi hingga mengkafir-kafirkan padahal mereka masih bersyahadat. Lalu ada juga orang yang anti banget demokrasi dan pengen menegakan khilafah melulu. Sudah itu ada orang yang selalu menghajar bid’ah kepada orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Yang orang tahlilan pun mengatakan bid’ah pada mereka yang tidak tahlilan. Nah KJH adalah komunitas pembelajaran agar kita tetep bisa menjaga ukhuwah. Kita tetep bisa maen bareng. Kita bisa sholat bareng. Kita bisa makan bareng. Kita coba belajar tidak saling memperuncing perbedaan dan menyikapi itu semua dengan arif serta selalu belajar untuk menerima perbedaan.

Apa saja yang telah dilakukan Komunitas Jembatan Harakah selama ini?
Pertama bikin kajian. Kajiannya ada di Bekasi. Yang ngurus Ismail. Selain itu paling ya diskusi, sharing, sholat berjamaah, makan nasi goreng bareng, main internet, ngaji bareng, mabit bareng, ikut kajian INSIST, ikut YISC AL AZHAR, ngecengin anggota yang belum nikah, nikahin anak orang. Hahaha...... Yang terbaru alahamdulillah kenal dan demo bareng kawan-kawan dan kolektif-kolektif seperti Hamboss di Jakarta dan Liberation Youth di Bandung yang tergabung di RISE pas Konferensi Khilafah Internasional kemarin.

Lantas perbedaan KJH dengan FUI atau MUI? Bukankah formalitas lembaga2 lintas gerakan tadi sudah ada. Kenapa elu malah bikin yang baru? Bukankah itu sama saja dengan memecahkan diri dari kesatuan pula?
Perbedaanya jelas beda. KJH hanyalah tempat kita berkomunikasi dan membangun komunitas. Kita pengen jadi tempat penjelas bagi temen2 yang beda pandangan terhadap temen2 yang lain. Misal, katanya di organisasi A si B seperti ini. Nah oleh kita dijelaskan kalo di organisasi B tuh ga seperti itu tapi seperti begini yang benernya. Kami tidak mau ada yang saling menjelek-jelekan sesama organiasasi Islam. Nah FUI atau MUI mereka adalah orang tua kami. Mereka rujukan kami. Mereka ustadz-ustadz kita.Ini lebih pada segmen. Kalau KJH lebih kepada anak muda yang pengen aja. Makanya kita ga punya logo. Soalnya punya logo itu biasanya jadi masalah dan itu ditentang oleh semua anggota KHJ. Kami pengenya tidak membesar2kan logo tapi membesar2kan Quran dan sunnah.

Balik lagi ke dunia rap, kita tau deh di Amrik & UK sana sudah banyak rap2 muslim (SOA, Black Stone, Native Deen, Rap Brown, Last Petry, Death Press, Rap New America , dll) menurut elu sendiri gimana mereka? Termasuk penilain elu tentang pilihan mereka yang terkesan eksklusif n begitu major label minded.
Ya Alhamdulillah kalau mereka masuk dalam major. Tapi kalau masalah mereka ada yang eksklusif n begitu major label minded seperti Native Deen ya terserah mereka. Mungkin kalau ketemu langsung, Thufail bisa bilang langsung ke mereka.

Kalau ada yang mengatakan bahwa rap/hiphop merupakan salah satu bentuk tasyabuh karena akhirnya kaum muslim meniru2 gaya fashion & lifestyle, berbicara, dan tingkah para rapper bagaimana menurut kamu? Sehingga akhirnya banyak lahir rapper2 muslim abal2, borok, fake seperti halnya ketika banyak anak2 bergaya punx tapi tidak mengerti punx itu apa.
Insyyallah tidak akan terjadi. Miscrojihad sejak saat ini telah mengantisipasi agar semua itu tidak terjadi. Pointnya adalah kami dari Microjihad tidak akan melakukan itu. Microjihad tidak akan membuat fans club. Microjohad tidak akan memberikan tanda tangan. Tidak akan menjadi eksklusif demi popularitas. Tapi kalau kemudian ada yang menjadi demikian maka disinilah kita tinggal memilah. Mana yang harus kita dukung dan mana yang harus kita tinggalkan dan tolak.

Lantas langkah apa yang harus dilakukan bagi mereka? Terus usaha riil apa yang bakal elu lakuin buat komunitas rap itu sendiri (eap muslim & rap umum)
Kita tidak akan menerima mereka sebagai anggota Microjihad. Dengan catatan kalau kelakuan mereka seperti itu. Terus melakukan usaha2 dawan dan menjelaskan pada mereka. Tentunya berubah itu membutuhkan proses. Seorang itu butuh langkah bertahap. Dan kita disana untuk mendampingi mereka. Yang paling penting adalah niatan awal para munsyid ketika mereka turun ke media ini. Disana juga kita ada untuk meluruskan dan membimbing mereka. Masalahnya, kalau dia mengidolakan Marlyn Manson, maka dia akan seperti Marlyn Manson.
Nah kalau Microjihad menyarankan dan mengarahkan orang agar mereka mengidolakan Rasulullah. Bahwa dialah yang sebenar-benarnya idola.

Denger2 nih, elu clash dengan salah satu pentolan rap di Bandung bahkan denger2 juga elu dibenci ma sebagian komunitas rap. Apa yang sebarnya terjadi?
Hahahaha…. Ini masalah idealis dan kesekuensi memiliki idealisme. Memiliki idealisme bearti kita siap dibenci dan siap dijauhi. Ketika kita masuk Islam maka kita harus konsisten dengan apa yang kita masuki. Demikian juga ketika kita menjadi seorang Atheis. Kita tidak boleh mempunyai KTP dengan tercatat agama kita Islam. Bukankah itu sama aja dengan menjualbelikan agama. Apakah kemudian Ayat Al Baqarah 120 harus dirubah gara-gara hal seperti tadi? Menurut gue itu menghina. Menghina AL Quran berarti menginjak-injak seluruh ummat Islam. guengnya ketika itu memang gue dalam proses belajar. gue begitu bersemangat dan tidak gentar. gue waktu itu hanya melakukan pembelaan. Namun beliau selalu lari dari pertanyaan. Lalu gue mengalah. 2 tahun lalu gue ke rumah dia; seorang rapper yang menghina Al Quran dan Islam di depan mata kepala gue. Buat gue ini masalah prinsipil dan ini merupakan pemurtadan dan penggembosan ummat. Akhirnya kami menyepakati bahwa hal ini selesai. Ternyata, ada temen, kebetulan temen dia juga, bilang justru beliau menjelek2kan gue di belakang. gue sempat minta penjelasan dia sebagai seorang laki-laki. Namun sampai sekarang tidak pernah ada jawaban dari beliau. gue pengennya semua diselesaikan secara gentle. Karena gue pun sudah mencoba datang langsung ke rumah beliau. Seharusnya beliau bisa menghargai komunikasi ini. Menurut gue akhirnya masalah ini nggak perlu diperpanajng.
Sebelum masuk Islam pun sebenarnya sudah banyak yang nggak suka. Thufail itu rapper underground yang suka menghina orang. Dulu masih menggunakan nama Freaky Cacat. Kerjaannya ngata-ngatain orang. Maklum dulu dalam proses belajar. Kalau sekarang, setelah Thufail masuk Islam, masih ada yang nggak suka ya itu terserah mereka. Itu bukan masalah buat Thufail.mungkin orang itu punya permasalahn di dalam hatinya dengan gue pribadi yang dulu. Justru yang menjadi masalah tuh orang2 yang tidakbisa melihat fakta sprotifitas dalam bertoleransi. Harusnya kalau melihat gue mendawahi Islam secara kasar kepada orang kafir mereka pun bisa melihat bahwa orang kafir pun mendawahi Islam secara lebih kasar kepada orang Islam. Faktanya mereka tidak bisa dan tidak mau melihat itu. Maunya gue yang salah. Padahal jelas gue tidak melakukan cara-cara yang keras tadi dan bagi gue tidak ada paksaan dalam agama, Lakum dinukum waliyadin. Masalahnya sekarang jadinya saling mengganggu.ada yang menggagu dan memfitnah Islam. Yang Atheis bilang bahwa Islam salah, yang kafir bilang bahwa Tuhan itu ada 3. Maka sebagai pembelaan gue menjelaskan tentang Islam kepada mereka. Akan tetapi ketika gue melakukan hal itu, mereka tidak dapat menerima. Padahal gue sendiri menerima apa yang mereka sampaikan. Dalam artian bukan menerima pemikirannya. Itulah kenapa gue katakan bahwa mereka tidak sportif.

Sikap elu sendiri dengan rapper2 yang berbeda ideologi seperti itu bagaimana? Dilawan, diajak kerjasama, diajak diskusi, dijauhi atau bagaimana? Secara kita tahu mereka kebanyakan muslim.
Insyallah nggak. Kalau diajak kerjasama nggak. Diskusi ya. Untuk perang itu kondisional. Tidak semua harus diperangi. Toh ada juga kok yang tetap berteman hingga sekarang. Dan tetep baik-baik saja kok. Biasanya mereka yang begitu ma gue adalah mereka yang pernah kalah battle dengan gue. Mereka selalu menyebar isu2 miring terhadap gue. Bahkan gue pergi kemana pun isu tersebut selalu sajamengikuti. Namun tidak semua rapper di Hiphop Indo itu benci gue.namun yang gue tidak suka dengan Hiphop Indo adalah karena moderatornya adalah orang kafir.

Rapper favorit elu sendiri siapa? Kenapa?
Last Poet karena dia negro muslim. Mereka adalah idolanya Public Enemy. Meski musiknya masih caur banget tapi isinya mantap. Terus Public Enemy karena hard dan penuh perlawanan. Terus SOA. Tthe great inspiration. Dan terakhirRZA dari Wu Tang Clan.

Pendapat elu tentang Jamil Abdullah al Amin (Rap Brown)?
Beliau pendiri Last Poetry. Keren banget. Dah gitu dia seorang ustadz lagi. Kata-kata rap berasal dari nama dia. Dan dari celotehan dia.

Kalau suatu saat elu harus melakukan pertarungan rap jalanan (eiek ga tau namanya) di muka umum, dengan siapa elu pengen bertarung? Lalu apa yang bakal elu bawain?
Battle ma George Bush, Tony Blair, Ehud Elmert dan csnya. Gayanya freestyle sambil menyatakan bahwa mereka teroris sebenanrya. Kalau ma rapper lagi nggak mau. Nggak level gue ma rapper.

Suatu saat entah kapan, elu menjadi penyanyi rap yang diidolakan orang banyak. Elu bagai Peterpan atau 25 cent nya Indonesia. Banyak fans yang ngerubutin elu. Belum yang minta tanda tangan n pengen diajak ML sekaligus dijadikan istri elu. Elu akhirnya sering masuk TV dan tour keliling kota2 layknya artis2 top, apa yang bakal kamu lakukan kalau hal tersebut memang terjadi?
Insyallah itu tidak akan pernah terjadi. Kalau sampai terjadi, yang kayak begitu bakal gua maki-maki orang-orang tersebut di depan TV secara live. Siap2 aja gue maki2 semua. Termasuk yang ngajak nikah pun gue gituin. MAsuk TV okeh ajah asal acaranya buat penggalang dana buat Irak dan Poso plus jihad. Kalau ini cumin buat pamer loh ini loh Thufail. Males!

Karena saking terkenalnya elu, lagu2 elu dibajak bahkan ada yang merubah liriknya trus dijadiin agu dangdut atau selain rap. Dan sialnya menjadi booming. Apa yang kamu lakuin?
Cuekin aja. Terserah mo dirubah atau tidak. Kalo diladenin, dia akan tambah tenar. Biar Allah saja yang membalasnya

Suatu saat ketika sedang gigs, saking ada yang ngebetnya ma elu, ada cewe yg buka auratnya (buka kerudung buat yang pake kerudung atau buka penutup dadanya buat yang ga pake kerudung) kayak di Woodstock kemarin. Kira2 elu mau ngapain kalau hal tersebut terjadi?
Gue yakin cewe itu inteejenl. Mau ngerusak imej gue. Gue suruh panitia keluarin dia dari acara gue. Gue lempar kursi biar mampus sekalian tu cewe!

Gigs apa yang paling elu anggap edun?
Pengennya sih gigs di Poso dan Aceh. Tapi sebenanrya aku nggak pernah mikirin yang kayak gituan. Kalau ditanya gigs yang asyik kayaknya gigs waktu demo RUU APP di Al Azhar. Sound, orang, dan takbirnya itu menggelegar banget. Kalau dikasih kesempatan pengen bikin seperti Soundrenaline. Isinya penggalangan dana. Semua hasil tiketnya dikirim ke negeri-negeri Islam yang sedang ditindas.

Terakhir, menurut elu apa sih yang harusnya dilakukan saat ini dalam konteks perjuangan yang elu yakini? Bentuknya seperti apa? Dengan siapa elu berjuang?
Pertama menjaga niat, semata2 mencari ridho Allah. Kedua, berjuang itu harus berjamaah. Insyallah Thufail sendiri akan selalu berjamaah dengan jamaah tarbiyah. Ketiga, selalu belajar dan belajar sampai kapan pun.Belajar Islam tidak perlu berhenti. Keempat, menghafal Quran.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK RAP SERTA PROSPEKNYA DI INDONESIA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK RAP SERTA PROSPEKNYA DI INDONESIA

SIAPA sih yang gak kenal musik rap yang juga sering disebut musik hip-hop? Zaman sekarang kalau ngomongin musik jenis ini kamu mungkin akan langsung terbayang rapper-rapper yang sering kita dengar, misal Puff Daddy atau Diddy, Kanye West, Nelly, 50 Cent, ataupun Eminem. Mereka masing-masing memang memberikan sentuhan khas ke rap mereka, tapi mereka sama sekali bukan pencipta atau pencetus jenis musik ini. Mereka hanyalah cucu atau bahkan cicit dalam sejarah musik rap. Ini karena asal muasal rap muncul sejak tahun 1970-an. [P Diddy waktu itu masih anak-anak dan dikenal dengan nama aslinya, Sean Combs. Apalagi si Eminem, dia masih bayi bernama Marshall Mathers dan jangankan ngomong kasar—ngomong aja belum bisa kali!]

Budaya hip-hop.
Musik rap adalah bagian dari gaya hidup hip-hop. Hip-hop adalah sub-kultur yang mulai muncul di lingkungan anak-anak kulit hitam dan hispanic yang tinggal di daerah Bronx di kota New York, Amerika Serikat. Budaya hip-hop sering ditandai dengan pilihan pakaian, graffiti pada tembok, dan gerakan dance mereka. Musik hip-hop punya ciri yang khas berupa beat yang kuat dan dibumbui dengan lirik-lirik yang mengalir dengan enak karena kata-katanya rhyming—kayak puisi. Satu hal yang menarik, pada jaman itu, istilah “rapper” sendiri belum ada. Yang ada MC dan DJ. [Sedikit beda dengan MC yang disewa kakakmu waktu dia bikin resepsi kawinan tahun lalu], MC ini tugasnya ngomong diantara lagu-lagu yang diputar DJ buat ngenalin judul lagu-lagu itu atau bikin komentar-komentar lain yang bikin suasana tambah enak. Agar yang dengerin gak keganggu dengan ocehan MC, si MC akan bikin ocehannya mengalir dan menyatu dengan musiknya. Ini jadi salah satu cikal bakal rapping yang kita kenal hari ini.

Pengaruh Jamaica.
Pengaruh cukup besar terhadap musik rap zaman sekarang juga berasal dari akulturasi [mudah-mudahan kata ini artinya pencampuran atau perkawinan] budaya Amerika dan Jamaica. Jadi, ceritanya, orang Jamaica seneng banget dengan music R&B yang dikenalkan tentara Amerika di Jamaica dan diputar radio-radio di sana. Sering dibuat semacam tempat dansa dadakan [Mendadak R&B?] dengan cara memasang sound-system yang cukup gede buat didengar orang-orang di sekitaranya. Karena orang Jamaica pada waktu itu gak bisa bikin musik R&B sebagus orang Amerika, biasanya musik R&B yang dimainkan adalah rekaman dari musisi Amerika. Dan agar ada unsur Jamaica-nya, selalu ada MC lokal (orang Jamaica) yang nge-“toast” selama musik berjalan. Toasting itu pokoknya adalah aktivitas ngoceh sambil musik jalan terus. Kadang yang di-oceh-kan itu frasa-frasa atau kata-kata sederhana yang bisa bikin tambah semangat orang-orang yang sedang joget, misal “move it, move it” atau “work it, work it” [dan ini tentu dengan logat Jamaica yang berat dan seksi itu].

MC dan DJ mulai kreatif.
Dengan beberapa pengaruh ini, ditambah “penemuan-penemuan baru” yang muncul dalam teknik musik hip hop, jenis musik ini semakin disukai oleh makin banyak orang. Kreativitas terus berkembang. DJ mulai macem-macem ide, tingkah, dan tekniknya. Dengan turntable ganda, DJ mulai menggunakan teknik-teknik breaking dimana bagian-bagian lagu tertentu akan ditelanjangi sehingga hanya beat dasar yang kedengar atau scratching dimana piringan hitam akan diputar maju dan mundur secara cepat sehingga keluar bunyi yang khas, dan teknik-teknik lain. Meningkatnya kemampuan DJ juga diiringi dengan perkembangan yang pesat dari partner-nya, yaitu sang MC. MC semakin kreatif dalam membuat cerita dan lirik-liriknya menjadi sebuah tontonan tersendiri selain musik yang mengiringinya. Fokus mulai sedikit banyak beralih pada MC itu sendiri. Remaja kulit hitam, hispanic, maupun minoritas lainnya di Amerika mulai giat melatih kemampuan ngoceh dengan cerita yang menarik dan dalam melodi yang enak didengar. Ocehan anak satu akan nyambung dengan anak lainnya dan dan bahkan bisa saling menjawab. Dari sini nanti berkembang pula yang disebut battle, yaitu adu lirik—saling jawab, saling serang. [Imagine berbalas pantun without the pakaian daerah!] Eniwei, setelah semakin banyak orang bikin musik jenis ini, akhirnya sejarah mencatat rekaman musik rap pertama yang meledak secara komersial dan mendapat perhatian serta pengakuan publik secara luas. Kelompok yang membawakannya bernama Sugar Hill Gang dan lagunya berjudul Rapper’s Delight. Bahkan kata “rapper” itupun dipopulerkan oleh lagu ini. Orang mulai menyebut istilah rapper untuk menggantikan kata MC.

How would you like your rap, sir?—Munculnya berbagai jenis rap.
Seperti dalam genre musik lain, genre rap-pun mulai berkembang menjadi beberapa “jenis” musik rap. Memang sepertinya nggak ada textbook yang dengan jelas membagi jenis-jenis musik rap, tapi dari pengamatan sehari-hari kita bisa lihat paling tidak ada beberapa jenis. Yang mungkin paling sering kita dengar beritanya adalah gangsta rap (rap-nya gangster gitu maksudnya). Kalau mau, baca juga boks yang cerita tentang gangsta rap ini—West Coast vs. East Coast]. Selain karena jenis rap ini emang populer, kita kadang lebih sering denger jenis rap ini karena para rappernya juga sering bikin ulah sehingga berita tentang gangsta rap ini menjadi semakin banyak muncul. Kamu mungkin kenal Tupac Shakur, Notorious B.I.G., Snoop Dogg, dan lain sebagainya—mereka masuk kategori gangster ini. Dulu P-Diddy dan Jay-Z kayaknya juga bisa dikatakan jelas masuk ke kategori ini, tapi sekarang gak jelas juga. Lebih banyak ke arah pop-rap kayaknya. Tema-tema mereka sudah bukan tentang hidup gangster di jalanan melulu. Banyak rapper yang topik liriknya berubah dengan perubahan-perubahan yang dia alami dalam kehidupan sehari-hari. Manusiawi. Terus ada juga rap yang warna Jamaica-nya sedikit lebih kental, dulu Wyclef Jean suka main jenis ini, tapi mungkin sekarang bisa juga udah berubah. Terus ada party-rap, dulu Will Smith (waktu itu masih tergabung dalam duo bernama DJ Jazzy Jazz and the Fresh Prince) suka membawakan lagu yang tema-temanya pesta dan acara-acara lain yang suasananya enak. Satu hal yang patut dicatat tentang Will Smith adalah bahwa dia punya komitmen yang besar untuk tidak pakai kata-kata kasar — atau orang bule biasa nyebut-nya sebagai four-letter-words — dan temanya-pun selalu positif. Ada juga rapper yang akhir-akhir ini yang semakin ngetop yang namanya Kanye West. Dia sih masih pakai kata-kata kasar di sana sini (tapi nggak diobral banget juga) tapi tema lagu-lagunya beda dengan rekan-rekannya. Kanye kadang romantis, kadang humoris, kadang satiristis. Dalam albumnya Late Registration, justru banyak lirik dan skit yang cerita seolah-olah dia miskin banget. Ini 180% kebalikan dengan rapper-rapper lain yang biasanya akan cerita tentang perhiasannya, duitnya, cewek-ceweknya, dan mobil-mobilnya (baik low-rider yang bisa naik-turun pake suspensi hidrolik maupun mobil-mobilnya yang pake dubs—itu lho pelek bling-bling yang ukurannya 20 inch ke atas.) Ini contoh aktualisasi sense of humor-nya si Kanye. Terus ada juga sound yang disebut G-funk yang dikenal oleh rapper-rapper west coast (yaitu di California, AS). G-funk ini banyak dipopulerkan oleh rapper bernama Warren G. Terus tentu saja kita tahu bahwa mulai ada rapper-rapper kulit putih yang mencoba nasibnya dalam dunia yang dikuasai oleh orang berkulit hitam ini. Tersebutlah beberapa nama seperti Vanilla Ice, Eminem, Linkin Park, Crazy Town, Limp Bizkit dan lain lain yang menyajikan rap versi mereka masing-masing. Seperti kita tahu, tingkat kesuksesan mereka-pun berbeda-beda. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa rap oleh orang kulit putih tidak [atau belum?] sebesar rap oleh, misalnya keturunan hispanic di Amerika. Jika kita ingat, cerita mengenai lahirnya cikal bakal musik rap di atas, kita akan ingat bahwa Bronx selain dipadati oleh orang kulit hitam juga dihuni oleh banyak orang keturunan hispanic. Jadi maklumlah bahwa penggemar musik rap pada umumnya adalah orang kulit hitam dan keturunan hispanic. Namun itupun lambat laun berubah. Fenomena yang ada sekarang sering disebut cross-over, yaitu menyebrangnya orang kulit putih dan etnik lain-lain menjadi penggemar musik rap. Rap has gone mainstream.

Rap Inc. Advertising Firm?
Satu hal yang khas tentang musik rap adalah bahwa walaupun kita sedang mendengarkan gangsta rap, bisa saja—kalau kita simak liriknya—kita dibuat senyum di sana-sini. Ini karena dalam lirik yang temanya keras-pun, dapat kita dengar sesuatu yang lucu—atau paling tidak—sedikit menggelitik. Rapper memang sering suka menyebut atau membandingkan sesuatu dengan produk yang kita kenal sehari-hari (misal jenis kartu kredit, makanan & minuman, merek baju, dan lain-lain) dengan sentuhan humor. Kadang rapper juga suka nyebut selebritis atau rapper lain [dan tidak selalu dalam konteks yang menyenangkan mereka]. Eniwei, mengingat bahwa Amerika adalah tempat lahir dan berkembangnya musik rap dan juga salah satu negara dimana industri marketing dan advertising-nya sangat maju, banyak orang menuduh bahwa beberapa perusahaan besar melakukan ”product placement” dalam lagu-lagu rap. Tuduhan itu wajar, toh dalam dunia filem product placement menjadi sangat, sangat umum. [Kalau kita nonton filem keluaran Hollywood, dan lihat jagoannya naik mobil, misal, BMW sambil bicara dengan, misalnya handphone Sony Ericsson, kemungkinan besar itu adalah product placement oleh BMW, Sony Ericsson dan Swatch—waktu ngangkat HP sempat keliatan dia pake jam Swatch Skin]. Seperti dalam dunia filem, perusahaan yang melakukan product placement dalam industri musik rap akan membayar rapper untuk menyebut merek produknya dalam lagu rap mereka. Terlepas dari benar nggaknya tuduhan itu, sulit juga untuk membedakan apakah waktu si Puffy cerita bahwa dia punya Mercedes yang belum pernah dia pake dalam salah satu lagunya adalah kemauan si Puffy sendiri ataukah Benz kasih dia duit? Memang sulit, kadang rapper memang menyebut merek-merek yang sangat sehari-hari (misal, MTV, KFC, kartu kredit Visa) dan kadang menyebut merek-merek kelas atas (misal Mercedes Benz, Rolex, Armani) secara suka rela—tergantung dari cerita lagu itu. Tapi terlepas dari dibayar atau nggak, kalo penyebutan itu bikin liriknya lebih deskriptif, lebih nge-flow, atau nge-rhyme, rasanya kita gak usah terlalu ambil pusing. Ohiya, sebelum selesai bicara tentang product placement, percaya nggak kalau kata ”Indonesia” juga disebut oleh beberapa rapper Amerika dalam lirik lagunya? Yang saya tahu adalah Notorious B.I.G. dan Will Smith. Siapa tahu Departemen Pariwisata Republik Indonesia menjalin kerjasama dengan kedua rapper itu [yeah, right!—just imagine the proposal letter: Yth. Bapak Notorious B.I.G., dengan ini kami sampaikan proposal...] Eniwei, kembali bicara mengenai warna dan tema, masih banyak warna-warna lain yang unik yang dibawakan oleh rapper-rapper lain dan semuanya terus berkembang. Kelak mungkin kita akan liat warna-warna atau tema-tema yang baru. Seperti jenis musik lainnya, rap adalah ekspresi jiwa dari manusia-manusia pencipta ataupun pendengarnya. Keadaan sosial sehari-hari akan sedikit banyak menentukan tema-tema yang ada.

Rap dan alam & budaya Indonesia.
Kalau musik rap di Indonesia gimana? Seperti di berbagai negara lain, musik rap juga berkembang di Indonesia—walau mungkin tidak dengan amat pesat. Masih ingat jaman Iwa K masih sering kita dengar di radio-radio? Banyak bermunculan kelompok-kelompok rap Indonesia yang lirik-liriknya sedikit banyak cerita kehidupan sehari-hari dan cukup menghibur. Unsur humor cukup kental juga digunakan dalam lirik-lirik buatan Indonesia dan memang sepertinya humor itu menjual. Siapa sih yang bakalan nolak dikasih lirik bahasa Indonesia yang lucu dan gampang diingat dan dilatari dengan melodi dan beat yang enak? Banyak? Tapi ternyata tidak banyak banget juga. Lihatlah sekeliling kita? Apa kita banyak lihat kelompok-kelompok rap lokal apalagi yang tingkat popularitasnya sebanding dengan kelompok-kelompok lokal pengusung musik pop dan rock? Di sisi pop dan rock ada Shiela on 7, Nidji, Peterpan, dan seabreg lagi. [Contohnya gak usah banyak-banyak, toh ini juga bukan product placement]. Tapi disisi musik rap lokal? Bagai bumi dan langit. Kenapa ini bisa terjadi? Mungkin jawaban yang sederhana dan agak ngawur [tapi mungkin juga tidak terlalu ngawur] adalah: karena alam dan budaya Indonesia menghendakinya demikian. Mungkin alam dan budaya Indonesia memang tidak cocok untuk musik rap Indonesia? Bisa jadi.

Proses ”seleksi dan uji coba”.
Indonesia dan orang Indonesia itu sangat beragam. Background budaya-nya pun beragam. Akibatnya, kita ini mempunyai budaya yang gampang menyerap seni, budaya, adat istiadat lain. Dan itu bagus karena budaya kita akan menjadi semakin kaya dan terus berkembang. Sebagai gambaran, kalau ada jenis musik baru, misalnya rock, yang muncul di luar sono, maka dengan musik itu akan sampai di Indonesia juga. Dan dengan tidak kita sadari akan terjadi suatu proses ”seleksi dan uji coba”. Jika dirasakan cocok, maka jenis musik itu akan tinggal di Indonesia dan melebur dengan gaya dan budaya yang sudah ada di Indonesia dan jadilah musik rock Indonesia. Seandainya musik rock itu—setelah melalui “proses seleksi dan uji coba”—ternyata dianggap oleh mayoritas orang Indonesia kurang cocok, maka musik rock itu pelan-pelan akan meninggalkan budaya kita dan berada di bawah radar dan indera budaya kita. Akhirnya musik rock akan dianggap hanya sebagai passing fad di Indonesia. Tapi tentu saja ini hanya sebuah contoh karena kita tahu bahwa musik rock telah masuk, melewati proses ”seleksi dan ujicoba”, dan lulus dengan angka yang sangat memuaskan. Hampir sudah tak terhitungkan berapa jumlah pemusik rock di Indonesia. Banyak diantara mereka yang bisa make a pretty darn good life out of it too!

Nice try, but come back next year please.
Gimana nasib musik rap? Apakah mereka telah lolos proses seleksi dan uji coba di Indonesia? Mungkin jawabannya ”tidak” atau paling-tidak ”belum”. Beberapa tahun lalu musik rap Indonesia pernah mulai akan merebak, namun ternyata kecepatan rebak-nya tidak dapat dipertahankan. Dalam konteks musik Indonesia, berapa diantara kita yang sambil menunggu pintu lift terbuka [kalau pas agak sepi] suka mensiulkan atau melantunkan tembang Peterpan, Nidji, atau Dewa atau kelompok lokal lainnya? Berapa diantara kita yang melantunkan lirik-lirik rap lokal? [***Ding-ding*** pintu lift terbuka, diam, dan tertutup kembali—tetap tidak ada orang yang melantunkan musik rap lokal.] But why? Mungkin memang nggak pas untuk kita karena berbagai alasan: 1). Memang nggak kita banget, 2) Konotasi negatif yang timbul dari beberapa nukilan berita yang sempat terdengar tentang dunia rap di Amerika, 3) Sulit untuk nge-rap dalam bahasa Indonesia karena struktur kata-katanya yang panjang dan 4) Anak-anak yang pengen jadi rapper belum PD [maksudnya percaya diri, bukan Puff Daddy] untuk bikin lirik dan nge-rap dalam bahasa Inggris, atau seribu satu alasan tidak jelas lainnya. Alasan bisa tidak jelas, tapi yang jelas musik rap lokal memang kurang berkembang di Indonesia.

Why make when you can just buy?
Kenapa tadi saya bilang bahwa jawaban dari pertanyaan “Apakah musik rap lolos dari proses seleksi dan uji coba?” adalah “tidak atau belum”—dan bukan “tidak” saja? Karena, menurut saya, mungkin saja gelombang musik rap akan mencoba sekali lagi untuk masuk pintu-pintu telinga dan hati orang Indonesia dan berharap akan diangkat menjadi sesuatu yang Indonesia. Dengan semakin banyaknya penyanyi lokal yang lihai bikin dan fasih nyanyi lagu-lagu dalam bahasa Inggris maka mungkin akan muncul rapper-rapper yang dari suara, bahasa, dan lingo-nya gak bisa dibeda’in apakah dia rapper dari Brooklyn atau Blok-M. Too Phat dari Malaysia adalah salah satu contoh yang cukup lumayan. Kedua anggota duo itu tidak hanya punya kemampuan mengucapkan kata-kata bahasa Inggris sebagaimana native speaker bahasa itu, namun juga cukup tahu lingo rap yang musti digunakan. [Pernah dengar orang yang nggak ngerti komputer nerangin kerusakan komputer kepada orang IT support? ”Mas, komputer saya kedip-kedipannya kadang suka hang dan nggak mau pindah walau sudah saya enter-enter driver-nya. Kena virus ya, Mas?”. Ini sekedar contoh orang yang using all the wrong lingos]. Mereka—Too Phat, maksudnya—bahkan dapat kolaborasi dengan rapper Warren G (dari California, AS) untuk me-rilis-ulang salah satu hits dia beberapa tahun lalu. Dan semua itu bisa juga terjadi di Indonesia. Bisa iya dan bisa tidak. Tapi, apapun yang terjadi menurut saya baik. Ada hal-hal tertentu dari luar yang mudah di adaptasi oleh kita dan dibuat oleh kita dan dikembangkan oleh kita sehingga mencarinya-pun cukup di lokal—misal pizza, burger, dan mungkin beberapa jenis pakaian. Namun ada hal-hal lain yang kadang kita pikir kita lebih enak untuk ambil saja barangnya dari negara pencipta asalnya—misal branded clothing, beberapa produk elektronik, dan mungkin saja musik rap? Kita lihat saja.***